Headlines News :
Home » » Tokoh Ahli Makrifat

Tokoh Ahli Makrifat

Written By internetbussiness on Jumat, 01 Januari 2016 | 20.48


1. Abdullah Al-Abhari

Namanya adalah Abu Bakar Abdullah bin Thahir Al-Abhari, wafat sekitar tahun 330 H. / 942 M. seperiode dengan Dalf Asy-Syibli, termasuk guru besar yang sangat alim dan wara', bersahabat dengan Yusuf bin Al-Husain dan lain-lainnya.

Diantara mutiara hikmahnya:
a. Barangsiapa yang memberi seorang fakir, janganlah karena kefakirannya. jika karena begitu, berilah sebatas keperluannya.
b. Jika kamu memenuhi undangan saudara seagama, maka kurangilah berbicara tentang dunia.

2. Ruwaim bin Ahmad
Namanya Abu Muhammad Ruwaim bin Ahmad. Wafat pada tahun 303 H. / 915 M. Termasuk Syaikh yang paling dihormati, berkebangsaan baghdad, seorang muqri' (ahli membaca Al-Qur'an) dan ahli Fiqih madzhab Daud. Diantara mutiara nasihatnya:

a. Diantarahakim yang bijaksana adalah memberikan kelonggaran  hukum pada orang lain, mempersulit hukuman pada dirinya sendiri. Memberikan kelonggaran hukum pada orang lain termasuk mengikuti ilmu dan mempersulit hukum pada diri sendiri termasuk kebijaksanaan se0rang wara'
b. Saya pernah melewati baghdad poada siang hari yang panas. ketika itu saya berjalan di beberapa jalan dengan keadaan sangat haus. saya mencoba meminta minum pada salah satu penghuni rumah. Kemudian muncullah seorang anak perempuan kkecil membuka pintu rumah dengan membawa tempat air minum. Ketika melihatku, ia berkata "seorang sufi minum air disiang hari?" maka sejak itu saya tidak pernah membatalkan puasaku.
c. Jika Allah memberimu kemampuan untuk memberi nasihat dan mengamalkannya, lalu saya mengambilnya, hal itu adalah nikmat. Jika saya melaksanakannya, sedang engkau sendiri tidak melaksanakannya, hal itu adalah musibah bagi dirimu. jika kamu tidak punya nasihat juga tidak berbuat benar , hal itu adalah siksaan.

3. Ahmad Al-Adami
Nama le ngkapnya Abul Abbas Ahmad bin Muhammad bin Sahal bin Atha' Al-Adhami.  Beliau wafat pada tahun 309 H./921M. salah satu seorang alim dan syaikh. pengaruhnya sangat besar. Hidup seperiode dengan Al-Junaid dan sangat akrab dengan Ibrahim Al-Maristani.Diantara Mutiara hikmahnya :

a. Barangsiapa menetapi hukum-hukum syariat, Allah akjan memberikan cahaya ma'rifat di hatinya, dan tiada kedudukan yang paling mulia selain mengikuti perintah, perilaku, dan perangai baginda Rasulullah SAW.
b. Kelalaian yang paling besar adalah kelalaian seorang hamba kepada tuhannya Yang Mahaagung dan Maha Mulia, kelalaian terhadap perintah dan larangan-Nya, dan kelalaian terhadap hukum-hukum  Allah.
c. Semua pertanyaan carilah jawabannya di pedang ilmu. jika tidak kamu temukan jawabannya,  carilah di medan hikmah, jika kamu tidak menemukannya juga, maka timbanglah dengan tauhid. jika kamu tidak memperolehnya dalam tiga tempat ini, maka lemparkanlah pertanyaan itu kemuka setan.

4. Abu Sa’id bin Al-Arabi
Namanya Abu Sa’id Ahmad bin Muhammad bin Ziyad Al-Bashri Al-‘Arabi (246-340 H / 860-952 M), tinggal di sekitar Masjid Al-Hara, bersahabat dengan Al-Junaid, Amar bin Utsman Al-Makky, An-Nuuri dan lain-lainnya. Diantara mutiara hikmahnya adalah “Orang yang paling rugi adalah orang yang menampakkan perbuatan-perbuatan baikknya di hadapan manusia, dan menampakkan keburukan secara terang-terangan di hadapan Allah”.

5. Abul Khair Al-Aqtha’.
Namanya Abul Khair Al-Aqtha wafat pada tahun 340 H / 592 M, berasal dari Maroko daerah Tinaat, beliau memiliki banyak keramat dan firasat yang sangat tajam dan sangat agung. Diantara mutiara hikmahnya adalah, “Seseorang tidak akan mencapai kemuliaan kecuali dengan rajin beribadah, berakhlak mulia, melaksanakan kewajiban-kewajiban, dan bergaul dengan orang-orang shaleh”.

6. Ali Al-Ashbihani 
Namanya adalah Abul Hasan Ali bin Sahal Al-Ashbihani, termasuk sahabat Al-Junaid. Amir bin Utsman pernah datang kepadanya untuk menagih  hutang dengan melipat gandakan tagihan. Ali Al-Asbihani masuk ke dalam sejenak kemudian keluar seraya membayar semua tagihannya sebanyak 30.000 dirham. Ia juga pernah bertemu Abu Thurab  dan orang-orang se zamannya.
 
          Diantara mutiara hikmahnya adalah, “Segera mentaati perintah Allah adalah suatu tanda mendapatkan taufik-Nya. Berdiam diri dari perselisihan adalah tanda hati-hati. Menjaga rahasia adalah tanda waspada. Dan menampakkan tuduhan adalah kebodohan. Barang siapa yang tidak benar dasar-dasar keinginannya, maka ia tidak akan selamat pada dampak-dampak akhirnya “.

7. Hatim Al-Asham

Nama lengkapnya adalah Abu AbduRrahman Hatim bin Alwan, terkenal dengan gelar Al-Asham. Wafat pada tahun 237 H / 751 M, dia termasuk tokoh guru besar (syaikh) khurasan, murid Syaikh Syaqiq, guru Ahmad bin Khadrawaih. Hatim dijuluki Al-Asham (orang yang tuli) bukan karena ia tuli akan tetapi pernah ia berpura-pura tuli karena untuk menjaga kehormatan seseorang hingga ia dijuluki dengan Al-Asham.
Ustadz Abu Ali Ad-Daqaq – semoga Allah merahmatinya, pernah bercerita, “ Seorang wanita pernah datang kepada Hatim. Ia bermaksud menanyakan sesuatu kepadanya. Namun ditengah ia mengutarakan pertanyaan, wanita itu tiba-tiba buang angin (kentut) sehingga membuatnya ia sangat malu. Hatim tahu apa yang berada di balik perasaan tamunya. Dia tidak ingin tamunya bertambah malu karena pendengarannya. Karena itu mencoba menutupinya dengan mengatakan, ‘keraskan suaramu’. Ia berkata demikian karena berpura-pura tuli. Akibatnya, wanita itu senang dan tidak salah tingkah. Ia mengira Hatim tidak mendengarnya. Dan sejak saat itulah ia dijuluki dengan Al-Asham.
Diantara muitara hikmahnya :

a. tiada waktu pagi datang melainkan setan mencercaku dengan pertanyaan-pertanyaan yang menggoda, “Apa yang akan kamu makan ?” Apa yang akan kamu pakai ? di manakah kamu akan tinggal.” Saya tidak ingin hanyut dalam jebakan pertanyaan itu, maka saya cukup menjawabnya, “Saya akan makan kematian, mengenakan kain kafan, dan tinggal di liang lahat.

b.pernah suatu hari saya ditanya, “Tidakkah kamu menginginkan sesuatu ?” Maka saya jawab, “Saya ingin selalu sehat dari pagi hingga malam hari”. Ditanyakan lagi, “Bukankah kamu sehat selama seharian ?”. saya jawab, “sehat menurutku adalah tidak menjalankan dosa dari pagi hingga malam”.

c.saya pernah dalam suatu pertempuran. Saya pernah ditangkap oleh seorang tentara turki, kemudian badan saya dilentangkan untuk disembelih. Hati saya tidak merasa takut sedikitpun, bahkan saya menunggu keputusan Allah untukku. Ketika prajurit itu menghunus pedangnya untuk menyembelih diriku, tiba-tiba meluncur sebuah anak panah menembusnya sampai mati sehingga ia terlempar dariku. Sayapun segera berdiri.

d. barang siapa memasuki mazhab kami, hendaklah bersedia menerima empat hal kematian. Mati putih karena lapar, mati hitam karena menanggung penderitaan dari manusia, mati merah karena berbuat ketulusan untuk melawan hawa nafsu, dan mati hijau karena fitnah

8. Ahmad Al-Anthaki.
Namanya Abu ALi Ahmad bin Ashim Al-Anthaki satu periode dengan Bisyir bin Al-harits, Sary As-Saqathi, dan Harits Al- Muhasibi.Abu Sulaiman Ad-Daraani menjulukinya “seseorang yang menjadi mata-mata hati” (jushuusul qulub) karena ketajaman firasatnya.
Diantara mutiara nasihatnya adalah : 1. Jika kamu ingin memperbaiki hatimu maka jagalah lidahmu. 2. Allah SWT berfirman, “Innamaa amwaalukum wa aulaadukum fitnah”. (QS. At-Taghabuun 15). Namun kita selalu mencari fitnah.

9. Abu Hamzah Al-Bazaar.
Namanya Abu Hamzah Al-baghdadi Al-Bazaar wafat pada tahun 289 H / 902 M, hidup seperiode dengan Al-Junaid namun wafat terlebih dahulu. Bersahabat dengan Sariy As-Saqathi dan Hasan Al-masuhi. Beliau seorang ahli fikih dan ahli baca Al-Qur’an, dan beliau adalah putera dari Isa bin Aban. Ahmad bin Hambal pernah bertanya kepadanya tentang beberapa masalah dan memanggilnya, “Bagaimanakah pendapatmu tentang masalah-masalah ini wahai sufi ?”. maka beliaupun menyampaikan nasihat-nasihatnya di majlisnya pada hari Jum’at. Ketika itu kesehatannya kurang sempurna sehingga beliau terjatuh dari kursi dan wafat pada minggu berikutnya. Diantara mutiara hikmahnya adalah :

a. Barang siapa yang mengetahui jalan kebenaran, maka ia akan mudah menempuhnya. Tidak ada pemandu ayng mengantarkan kepada Allah SWT, kecuali dengan mengikuti perilaku, perbuatan dan sabda-sabda RasuliLlah SAW.

b. Barang siapa yang memiliki tiga hal ini maka ia akan selamat dari bencana-bencana yaitu : Perut yang kosong serta diikuti sikap bathin yang qana’ah. Kemiskinan yang disertai sikap zuhud dan ketabahan yang disertai keabadian dzikir.

10. Abu Ubaid Al-Bisri
Beliau termasuk salah seorang dari guru besar terdahulu. beliau pernah bersahabat dengan Abu Turab  An-Nakhsyabi.

Ahmad bin Al-Jalla' berkata;"saya telah menjumpai seratus syaikh, namun saya lihat tiada yang seperti empat syaikh ini: Dzun Nun Al-Mishri, ayahku, Abu Turab Al-Nakhsyabi dan abu ubaid al-Bisri".

11. Syaqiq Al-Balkhi
Namanya Abu Ali Syaqiq bin Ibrahim Al-balkhi, wafat pada tahun 149 H / 810 msehi dan termasuk guru besar sufi khurasan. Beliau adalah guru Hatim Al-Asham.

Diceritakan bahwa Syaqiq Al-Balkhi adalah putera seorang yang kaya raya. Ia pernah pergi berdagang ke Turki ketika masih muda, lalu masuk ke sebuah tempat penyembahan berhala. Ia melihat seorang pelayan beribadah dengan kepala gundul dan dicukur jenggotnya serta memakai pakaian berwarna hijau. Syaqiq heran, tidak bisa tinggal diam maka mendekatlah ia kepada orang itu dan berkata, “Wahai pelayan, sesungguhnya kamu memiliki Tuhan Yang Maha Menciptakan, Yang Hidup, Maha Tahu dan Maha Kuasa maka sembahla Dia dan jangan menyembah berhala-berhala yang tidak bisa mencelakakan dan menguntungkan”.

“Jika benar demikian,” kata si penjaga tempat ibadah itu, “jika benar Dia Mahakuasa, kenapa Dia tak berkuasa memberimu harta di daerahmu sendiri sehingga kau tak perlu jauh-jauh berniaga mencarinya di daerah orang? Kenapa pula kau capek-capek mencari harta jika Dia berkuasa memberikannya untukmu?”
Rupanya tanggapan yang tak terduga itu menghujam hati Syaqiq. Syaqiq terdiam, merenung. Ia kemudian memutuskan kembali ke daerahnya, urung melanjutkan perjalanan niaga. Ia berniat menjalani hidup zuhud, meninggalkan segala kemewahan, dan menghabiskan waktu untuk beribadah.

Di antara mutiara hikmahnya:
a. Jika kamu ingin mengetahui kejujuran seseorang. lihatlah janji Allah dan apa yang dijanjikan manusia, apakah ia lebih mantap hatinya kepada janji allah atau janji manusia.
b. ketaqwaan seseorang bisa dilihat dari tiga hal: dalam kesukaannya menerima pemberian, keikhlasannya, dan pembicaraannya.

12. Muhammad bin Al-Fadhal AL-Balkhi
Namanya adalah Abu AbdiLlah Muhammad bin Al-Fadhal Al-Balkhi wafat pada tahun 319H/931 M berasal dari daerah Balkh sebuah daerah di Samarkand, dan beliau wafat di sana. Ia bersahabat dengan Ahmad bin Khadrawaih dan yang lainnya. Abu Utsman Al Hiri sangat cenderung kepadanya.
Diantara mutiara nasihatnya :

a. Pernah Abu Utsman Al-Hirri menulis surat kepadanya yang menanyakan, “Apakah tanda-tanda orang yang celaka ?”. ia menjawab, ‘Ada tiga hal. Pertama ia diberi ilmu tetapi tidak bisa mengamalkannya. Kedua, bisa berbuat kebaikan tetapi tidak ikhlas, ketiga suka bergaul dengan orang-orang shaleh tetapi tidak dihormati di kalangan mereka”.

b. Hilangnya Islam karena empat hal, pertama mempelajari agama tetapi tidak diamalkan. Kedua mengamalkan agama tetapi tidak didasari ilmu agama. Ketiga, tidak mau mempelajari tentang kebodohannya tentang agama. Keempat, tidak mendukung pendidikan agama.

c. Senang sekali orang yang dapat mengarungi padang sahara sehingga ia dapat sampai di BaituLlah dan dapat melihat sejarah-sejarah kenabian. Maka putusakan hubungan jiwamu dengan hawa nafsumu sehingga kamu dapat sampai di hatimu dan dapat melihat tanda-tanda kebesaran Tuhan Azza wa Jalla.

d. Jika kamu melihat seorang murid memperbanyak masalah dunianya maka hal itu adalah tanda kemundurannya.

e. Pernah ditanyakan tentang Zuhud maka dijawabnya, “Memandang dunia dengan mata yang tidak pernah puas, namun ia menjauh dari kesenangan dunia untuk mencari kemuliaan”.

13. Abul Husain bin Bunan.
Abul Husain bin Bunan semarga dengan Abu Sa’id Al-Kharraz. Dia termasuk tokoh dan guru besar di Mesir.

Diantara mutiara nasihatnya adalah :
a. Setiap orang sufi hatinya selalu damai dan tenang menetapi amalan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, dan tanda kedamaian hatinya adalah jika ia telah meyakini kekuasaan Allah SWT dari kemampuan dirinya.

b. jauhilah akhlak yang rendah sebagaimana kamu menjauhi hal yang haram.

14. Ali Al Buasanji
Namanya Abul Hasan Ali Ahmad bin Sahal Al-Busyanji wafat pada tahun 348 H/959 M, dia adalah salah seorang pemuka Khurasan dan pernah bertemu Abu Utsman, Ahmad bin Atha’, Ahmad Al Jariri, dan Abu Amr Ad-Dimasyqi
Diantara mutiara nasihatnya adalah :

a. Pernah ditanyakan kepadanya tentang muru’ah (menjaga kehormatan) maka dijawabnya, “Janganlah memakai apa saja yang diharamkan untukmu dan bergaulah dengan orang-orang shaleh”. 

b. Seseorang pernah berkata kepadanya, “berdoalah kepada Allah SWT untuk saya”. Maka iapun berdoa, “Semoga Allah SWT melindungi dirimu dari fitnahmu”.

c. Awalnya iman tergantung dengan detik akhirnya.


15. Muhammad At-Turmudzi.
Namanya adalah Abu AbduLlah Muhammad bin Ali At-Tirmidzi , teramsuk tokoh dan guru besar dan memiliki beberapa karya tulis tentang sosiologi. Dia bersahabat dengan Abu Turab An-Nakhsyabi, Ahmad bin Khadrawaih, Ahmad bin Al-Jala’, dan yang lainnya.
Diantara mutiara nasihatnya adalah :

a. Pernah ditanyakan kepadanya tentang manusia maka dijawabnya, “Makhluk yang sangat lemah dan banyak kesalahan”.

b. Saya tidak punya uraian satu huruf pun tentang suatu karya tulis. Saya juga tidak suka disebutkan nama saya untuk suatu karya tulis. Akan tetapi apabila hati saya penuh masalah maka saya menikmatinay dengan menulis”

16. Sahal At-Tustari
Nama lengkapnya Abu Muhammad Sahal bin AbduLlah At-Tustari, hidup antara tahun 815 sampai 896 M di daerah Tustar, dekat kota Bashra. Sahal At-Tustari termasuk salah seorang imam di masanya dan memiliki kelebihan dalam kezuhudan, muammalah dan wara’ serta dikenal dengan keramatnya. Dia juga pernah belajar kepada Dzunun Al-Mishri di Makkah ketika ibadah haji.
 
Sahal bercerita, Ketika berumur tiga tahun di suatu malam yang syahdu ia terbangun dari tidurnya yang nyenyak. Dia melihat pamannya Muhammad bin Siwar sedang melakukan shalat malam. Setelah selesai beberapa reka’at, pamannya beristirahat dan melihat ke arah Sahal. Pamannya mendekat dan berkata, “Wahai Sahal, tidurlah. Hari sudah larut malam”. Saat itu Sahal menjawab bahwa matanya tidak bisa tidur, apalagi melihat shalat pamannya. Pamannya mengajarkan Sahal agar berdzikir kepada Allah SWT. Lalu pamannya juga mengajarkan supaya Sahal selalu membaca :”Allah bersamaku, Allah melihatku, Allah saksiku”.

Oleh pamannya ia disuruh membaca kalimat tersebut secara bertahap, mulai dari tiga kali semalam. Setelah mantap, ditambah menjadi lima kali, setelah itu tujuh kali hingga sampai sebelas kali. Sahal mengakui setelah ia mempraktekkan dzikir itu secara teratur haitnya merasa tenang. Pamannya menasehati agar ia berdzikir secara istiqamah sampai maut menjemputnya. Dzikir dapat memberikan manfaat dunia dan akhirat. Sahal berucap, sejak saat itu saya mendapatkan manisnya dzikir di dalam hati”.

Sahal sering menasehati dirinya sendiri. Dia pernah berkata, “Wahai Sahal, jika seseorang senantiasa merasa bahwa Allah Yang Maha Agung selalu melihat dan menyaksikannya, apakah ia akan berkhianat dengan melakukan apa-apa yang dibencianya ?. Sungguh ketahuilah wahai diriku, apa manfaatnya melakukan maksiiyat ?, Bukankah serang kekasih tidak pernah ingin menyakiti hait kekasihnya ?. Lakukanlah khalwat agar dirimu selalu mendapat pencerahan.

Sejak kecil Sahal sudah mempunyai minat yang besar pada ilmu pengetahuan. Pada umur lima tahun ia sudah belajar kepada seorang ulama terkenal di kota kelahirannya. Tiap malam ia belajar dengan tekun dan penuh minat. Pada umur tujuh tahun Sahal sudah hafal Al-Qur’an. Waktu itu ia juga sudah berpuasa setiap hari, kebiasaan ini dilakukan sampai umur 12 tahun.

Makanan yang dimakannya hanyalah roti gandum. Dalam proses pencarian jati dirinya sering ia berkelana, diantaranya sering ia pergi ke Bashra. Beberapa saat di Bashra, kemudian ia belajar kepada Abu Habib Hamzah bin AbduLlah Al-Abadani di kota Abadan. Di sana ia menetap beberapa lama dan menuntut ilmu. Salah satu sikap wara’ yang diamalkannya adalah membatasi makanannya hanya dengan 10 dirham. Setiap malamnya ia sahur dengan satu ons gandum tanpa garam ataupun lauk.

Kelak di kehidupannya ia dikenal sebagai tokoh sufi yang amat wara’ dan zuhud. Sikap berhati-hati dalam beragama menjadi ciri khas Sahal dan ia bersungguh-sungguh ntuk menjadi tokoh yang bisa mencapai ridho Allah SWT.

Sikap lain yang menjadi kelabihan Sahal adalah ma’iaytuLlah yaitu suatu sikap merasa selalu diawasi, diamati, dan disertai oleh Allah Ta’ala. Hanya orang yang memiliki perasaan cinta yang total kepada Allah sajalah yang mampu menghadirkan Allah dalam setiap gerak langkah dan denyut nadi kehidupannya. Ketahuilah, bahwa setiap apa yang dilakukan oleh hamba Allah, tidak akan lepas dari catatan malaikat Allah. Meski sebesar biji zarah sekalipun. Inilah yang menjadi pegangan setiap pecinta Allah. Walah Allah tidak bisa disaksikan oleh makhluk, namun tidak ada yang luput dari perhatian Allah.

Perasaan seperti ini sudah dimiliki Sahal sejak ia hafal Al-Qur’an pada usia belasan tahun. Minatnya pada ilmu yang disertai perilaku hidupnya yang begitu prihatin membuatnya mengalami pencerahan yang begitu cepat. Salah satu nasihatnya kepada para penuntut ilmu adalah membiasakan diri makan sesedikit mungkin agar mereka mudah berkonsentrasi ketika menghafal. Makan yang terlalu banyak akan membuat orang malas dan sulit untuk menghafal ilmu. Dalam hal berpakaian Sahal sangat berhati-hati karena ketakutannya terhadap perilakunya ujub. Pakaian adalah sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah sehingga ayng paling penting adalah suci dan menutup badan dengan baik, tidak memperlihatkan aurat. Tetapi yang lebih penting jangan karena pakaian seseorang lupa bahwa semuanya itu berasal dari Allah. Dan jangan pula karena pakaian seseorang merendahkan orang lain. Itulah bagian zuhud yang sering dipraktekkannya.
To be Contenued


Share this article :

0 comments:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Cari disini

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. Perjalanan Menuju Tuhan - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template